Prinsip menabung sesungguhnya sudah diajarkan oleh nenek moyang kita dalam bentuk lumbung padi.
Mereka
selalu menyisihkan hasil panen untuk disimpan di lumbung. Selain
lumbung keluarga, terdapat pula lumbung komunal, alias milik desa, yang
isinya disumbangkan secara sukarela oleh setiap keluarga yang memiliki
lumbung.
Kalau nenek moyang kita saja sudah mengenal prinsip
menabung, dengan segala keterbatasan, mosok kita sebagai manusia yang
jauh lebih modern justru tidak mampu menjalankan prinsip tersebut dalam
kehidupan kita? Apalagi ternyata menabung semakin penting dan perlu
dijalankan.
Langsung sisihkan. Kegagalan
utama dalam menabung adalah berniat menabung uang yang menjadi sisa
semata. Runyamnya, pada saat tidak ada sisa uang, maka Anda gagal
menabung. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya sejak awal Anda sudah
menyisihkan uang untuk ditabung. Misalnya, Anda memutuskan untuk
menabung 10 persen dari gaji, sehingga, begitu gaji Anda terima,
langsung dipotong 10 persen untuk ditabung. Setelah itu, lupakan bahwa
10 persen gaji Anda sudah Anda tabung. Tentunya besaran jumlah gaji yang
ditabung terserah pada kemampuan Anda, namun biasakan jumlah selalu
tetap. Kalau setelah seluruh kebutuhan pengeluaran tertutupi, dan masih
ada sisia, itu namanya bonus, yang juga harus ditabung.
Kumpulkan kembalian. Sering
menerima recehan saat parkir di mal atau makan di restoran? Bawa
kembali diri Anda ke dunia kanak-kanak saat orang tua mengajarkan untuk nyelengi
alias menabung di celengan. Artinya, masih sangat relevan bagi Anda
untuk emiliki celengan khusus recehan dari uang kembalian. Caranya
simpel, setiap pulang dari bepergian, kosongkan kantong celana atau baju
Anda. Uang receh yang Anda temukan segera dimasukkan ke celengan.
Supaya seru, libatkan anggota keluarga, seperti anak Anda, dengan
beberapa celengan yang memiliki beberapa tujuan. Misalnya celengan ‘buku
untuk kakak’ atau ‘mainan untuk adik’ atau tujuan yang lebih besar
seperti ‘sepeda untuk kakak.
Alihkan sesuai kebutuhan. Cicilan
kredit mobil atau kartu kredit Anda akhirnya lunas, dan sekarang ada
dana “menganggur”? Nah, saat-saat seperti ini dibutuhkan komitmen kuat
untuk tetap fokus pada kegiatan menabung. Anggap saja uang ini sebagai
“uang hilang” yang tidak perlu Anda pikirkan lagi, sehingga langsung
cemplungkan ke tabungan. Suatu waktu Anda akan mengambil kredit untuk
keperluan lain, Anda sudah punya sejumlah dana “kagetan” yang tinggal
disesuaikan besarnya menurut kebutuhan baru tersebut.
Uang “Paskah”. Adalah
uang-uang yang ditemukan secara “untung-untungan” mirip telor paskah,
alias uang yang Anda temukan tanpa sengaja di selipan kursi mobil,
tersembunyi di dalam tas, sampai berada di dasar saku jas yang sudah
lama tak pernah dipakai. Berlawanan dengan kebiasaan untuk langsung
menghabiskannya semua, uang jenis ini sebaiknya Anda bagi dua, yaitu
dimasukkan ke tabungan dan bersenang-senang alias menjadi bonus diri
sendiri.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar